
Daftar Isi
- 1. Menjadi Santri
- 2. Akulah Santri
- 3. Jiwa Mudun
- 4. Sarung Menuju Surga
- 5. Pejuang Berpeci
- 6. Taman-taman Hidayah
- 7. Pamitku buat Menuntut Ilmu
- 8. Abdi Negeri
- 9. Hanya Engkau
- 10. Santri Sejati
- 11.Santri Harus Bertekad di Jalannya
- 12. Ya Rasulullah
- 13. Pergi Mengaji
- 14. Perjuangan Santri
- 15. Pembela Agama dan Negara
- 16. Bangga Menjadi Santri
- 17. Santri Siaga Jiwa Raga
- 18. Pukulan dari Langit
- 19.Pondokku
- 20. Pondok Pesantren Cintaku
- 21. Santri
- 22. Obsesi Santri
- 23. Oh Pondokku…
- 24. Awan Kelabu
- 25. Aku dan Hidayah
- 26. Purnama di Separuh Bulan
- 27. Puisi Hari Santri #3: Seutas Makna Santri
Makassar –
Hari Santri Nasional (HSN) 2024 tinggal menjumlah hari lagi. Tahun ini, Hari Santri Nasional telah memasuki perayaan yg ke-10 tahun.
Ada banyak sekali cara yg sanggup dijalankan untuk memeriahkan hari bersejarah ini. Salah satunya dengan membacakan puisi perihal santri.
Melalui puisi, diperlukan pesan-pesan mengenai nilai-nilai agama, semangat nasionalisme, dan usaha santri bisa disampaikan secara mendalam dan sarat keindahan. Adapun tema yg diangkat dalam puisi juga bisa bervariasi, menyesuaikan dengan topik acaranya.
Baca juga: 25 Puisi Santri Menyentuh Hati, Cocok Dibawakan di Momen HSN |
Nah selaku referensi, detikers sanggup menyaksikan pola puisi santri sarat makna puisi yang menginspirasi dan memberi pemikiran yang sudah dirangkum detikSulsel dari banyak sekali sumber. Yuk, disimak!
1. Menjadi Santri
Oleh: Tisya Nasya
Pair jantungku
Melewati gerbang kuat bareng kerudung panjangku
Rasa terdayuh menyelimuti kalbu
Jelang mulai perpisahan dengan indo dan bapakku
Burung berkicau dengan nyaring nan riang
Sambut munculnya atma-atma baru
Rona-warna jiwa sentosa menghiasi tatapanku
Lebur saat itu juga nestapa dalam kalbu
Nabastala telah berganti warna
Beriringan dengan stigma yg runtuh satu-persatu
Di sini ku berdiri bareng senja
Menatap cerahnya asa
Di sepertiga malam ku terjaga
Langkah kaki beradu dengan masbodoh udara menuju musala
Tuk mengharap ridha sang maha kuasa
Beliau senantiasa mengingatkan hilangkan rasa gelabah dalam kalbu wahai santri
Beliau senantiasa berkata sucikanlah dirimu sebelum sujud wahai santri
Beliau senantiasa mengingatkan sempurnakanlah imanmu wahai santri
Beliau senantiasa berkata tentu nirwana menjadi rumahmu wahai santri
Aku merupakan seorang santri
Santri yg berjuang untuk bangsa
Santri yg berjuang dalam jalan agama
Santri yg senantiasa menginginkan ridho Tuhan
Aku gembira menjadi santri
Harsa dan penat telah kualami
Tuk berbakti pada negeri
Tuk menjadi abdi Ilahi
Dengarlah kesepakatan kami
Kami senantiasa bermuhasabah diri
Kami kan berpegang teguh pada pemikiran Nabi
Dengan gembira kami teriakan kembali Wahai Dunia Kamilah Santri
2. Akulah Santri
Oleh: Cindy Kharisma Rulia
Duduk membisu dan ratapi
Tentang hidup dalam dunia santri
Dalam sepi aku menjajal menabahkan
hati
Tak ada kata letih dan letih
Barokah merupakan tujuan utama yg dicari
Aku kembali terlelap
Sesekali di sela hiruk-pikuk dan
deru ajian kitab-kitab suci
Aku santri yg tak lepas dari kata
mengantri
Semua seakan mati
Saat ayah dan ibu tak lagi disisiku
Tapi segulung letih itu mesti ku hadapi
Tubuhku membeku
Kakiku kaku
Saat belaian Ibu tidak sanggup kusentuh
Dan sepi merobek kalbu
Aku termangu dalam bahasa bisuku
Tak ku hafalkan
Mengingat usaha yg tak
Kunjung padam
Akulah Santri
Yang berupaya mengokohkan hati
Demi membanggakan kedua orang tuaku
Serta demi kehendak yg tinggi
3. Jiwa Beradab
Oleh: Coretsyav
Pingitmu manis merah jambu terunyu khusus tuan rumah
Tak dusta juga tidak bayangan …
Apakah nyata???
Mula pucuk nan manggil lucu
Tumbuh besar bunga mawar merah
Ya semua memang nyata
Harum semerbak tiada beberapa
Tangkai besar lengan berkuasa pula teguh
Pupuk subur nan makmur
Duri penguat diri dari bisikan hati yang kotor.
Inilah kisah…
Perumpamaan…
Sajak sendu…
Kata pilu…
Dari kami seorang santri.
Harumnya takkan pudar
Bahagia
Ini dan itu
Disini juga di sana Serat kata sapa menyapa
Ruang hati menghampiri hari-hari
Senyum tawanya menampar rasa cinta
Menggelora asmara pada aturan
Akrabnya waktu pada jiwa-jiwa beradab
la rusuk semesta kehendak bangsa.
Benih-benih kehidupan
Rumahnya saja berlebur emas
Isinya Pun berlapis perak
Sepahinya beralas kaca
Hingga terpapar karpet merah ganjal jalan…
Anggunnya sang tuan melangkah
Tertata anggun rapi alur cerita
Alur kisah perihal kami
Tentang hidup kami Santri.
Jiwa ini …
Di pelupuk mata yg berat menahan kantuk
Kau korbankan pikiran
Tenaga …
Agar bisa mempublikasikan suatu karya
Kelakkan disanjung pintar
Dipuji hebat
Sukses dalam segala hal
Jiwa ini …
Kau beri ketenangan lewat lisanmu
Kau beri keindahan lewat karyamu
Kau beri kecanggihan lewat keringatmu
Tanpa meminta imbalan
Walau hanya sepintas do’a
Kau pekarya tanpa meminta gelar pencipta
“Diksi-diksi ini memang inginku
Boleh dirasakan dan silakan dibenci
Tapi, jangan acak-acak nurani karyaku”
Baca juga: 20 Puisi Hari Santri Terbaik yg Beri Pesan Mendalam Penuh Makna |
4. Sarung Menuju Surga
Oleh: Ozy V. Alandika
Sarung itu kelihatan kusam. Sungguh sudah sungguh usang dipakai. Sudah berkali-kali dicuci. Senantiasa menemani santri yang terlelap hingga bangun pagi.
Saat tahajud, beliau ada. Saat membaca Al-Quran, beliau tersedia. Saat saya jauh dari orang tua, beliau mendampingi. Dan sewaktu saya bermain, beliau terjemur rapi seraya melambai terhadap matahari.
Mungkin sewaktu itu beliau menyapa terhadap sang surya gampang-mudahan cahayanya kian terik. Sarung ingin dirinya secepatnya mengering. Dia ingin kembali ke pangkuan santri.
Sarung belum menemaninya berguru Bahasa Arab. Kitab fikih belum beliau dekati. Belum pula dengan shalawat Nabi.
Sarung seterusnya ingin akrab dengan santri. Menemani dalam fastabiqul khoirot. Menggaungkan amar ma’ruf nahi mungkar.
Karena beliau ingin menjadi saksi. Sarung yang mau ikut mengaku bahwa santrinya patut menuju surga-Mu.
5. Pejuang Berpeci
Oleh: Dee Kayisna
Kala tentara berseragam
Tak lagi bisa berjuang
Pasukan bersarung, pejuang berpeci
Maju merapatkan barisan
Menghadang, mengusir penjajah
Turut berjuang demi Indonesia merdeka
Walau merelakan nyawa
Sebagai taruhannya
Sungguh kuasa Ilahi
Meski tanpa senjata berapi
Dengan bambu runcingnya
Mereka tersaruk berupaya menumbangkan lawan
Pejuang berpeci
22 oktober menjadi saksi
Atas kesuksesan santri
Dan merdekanya negeri
6. Taman-taman Hidayah
Oleh: Khansa Kurnia
Aku bagai dedaunan yg melayang tertiup angin
Pergi tanpa arah, tak tahu lagi ke mana mesti melangkah
Kadang tertawan lelah, kemudian goyah dan mulai patah
Namun Rabbku tak pernah letih buat memberiku
sebuah hidayah
Aku bagai ilalang yang hilang tertiup angin, perlahan
kering dan layu
Lalu Rabbku menemukanku, memberiku rintik hujan
Membuatku kembali berkembang dan menghijau
Rintik hujan itu berjulukan hidayah
Aku laksana rembulan yg kehilangan purnamanya,
kelam dan suram
Lalu Rabbku menyelamatkanku dengan cahaya terang
Hingga rembulan itu sekarang kembali cemerlang
Cahaya itu berjulukan hidayah Al Qur’an dan sunnah
Hidayah itu, laksana hujan di tengah kemarau yg
panjang
Menghidupkan hati-hati yang nyaris mati kekeringan
Laksana deburan ombak di lautan
Meluluhkan hati-hati yg keras bagai karang
Akulah dedaunan kering yang melayang tertiup angin
Lalu jatuh perlahan dalam taman-taman yg indah
Taman yang sarat kesejukan
Taman yg tanpa kegersangan
Aku menyebutnya taman-taman hidayah
Baca juga: Sejarah Hari Santri Nasional 22 Oktober serta Tujuan Penetapannya |
7. Pamitku buat Menuntut Ilmu
Oleh: Ozy V. Alandika
Fajar belum usang menyapa, namun ternyata koperku sudah penuh.
Sejumput busana kubawa pergi. Sedangkan ransel ini sarat dengan catatan kosong tanpa isi.
Akan kujadikan buku catatan ilmu sewaktu di pesantren nanti.
Al-Quran, hadis, kitab kuning, Ihya Ulumuddin, Bahasa Arab. Lalu…apa lagi.
Aku telah bersiap meninggalkan ramainya ruang keluarga.
Ayah dan Bunda telah merencanakan sekarpet telur dan berkardus-kardus mie. Aku telah siap untuk pergi.
Berpisah sementara bagi mengetuk pintu Ilahi.
Mengenakan sarung, tampil dengan rapi. Bukan perihal ganteng dan cantik, namun kerendahan hati.
Ayah dan Bunda;
Pamitku hari ini merupakan bagi menuntut ilmu. Sapu tangan sudah kepalang berair tetapi saya tidak sedih.
Aku yakin akan senang berguru Nahwu Shorof. Ayah dan Bunda tentu gembira sewaktu saya bisa membaca aksara gundul.
Pamitku hari ini buat menuntut ilmu. Di daerah yang sederhana.
Penuh berkah. Penuh ilmu. Juga permintaan adab seraya berakhlak mulia.
Ayah dan Bunda;
Aku memohon doa dan ridho Allah dari kedua tengadah tangan kalian.
Bukan sekadar ilmu kaya badan, namun juga ilmu kaya hati.
Tiada lain merupakan selaku bekal supaya kalian bisa bantu-membantu di surga. Nanti.
8. Abdi Negeri
Oleh: Mahsusi Hawa
Gugah terbangun kala diri tengah lelap
Menatap harap di sewaktu langit telah gelap
Menyatukan dahi pada tanah-tanah suci bumi
Menepis gelisah yg menerobos masuk menodai niatan suci
Para santri Nampak tengadah
Menautkan hari semata lillah
Enggan kembali hingga fajar mengering
Langkah walau bergelut dengan kantuk lelah
Juang santri senantiasa terpatri
Nir lagi melawan kolonial
Ikuti jejak jihad Hasyim Asy’ari
Yang dahulu berperang rela mati, demi negeri
Kini santri jadi tonggak estafet ulama
Tutur Bahasa dijaga dan ditata
Bukan mencampakkan krama
Sorot teladan umat beragama
9. Hanya Engkau
Oleh: Syaikh Jalaluddin Rumi
Dari semua semesta,
hanya Engkau saja yang kupilih,
Apakah Engkau akan membiarkanku
duduk bersedih?
Hatiku bagaikan pena,
dalam genggaman tanganmu.
Engkaulah lantaran gembiraku,
atau sedihku.
Kecuali yang Engkau kehendaki,
apakah yang kumiliki?
Kecuali yang Engkau perlihatkan,
apakah yg kulihat?
Engkaulah yang menumbuhkanku:
ketika aku sebatang duri,
ketika saya sekuntum mawar,
ketika saya seharum mawar,
ketika duri-duriku dicabut.
Jika Engkau memutuskan aku demikian,
maka demikianlah aku.
Jika Engkau kehendaki saya seumpama ini,
maka seumpama inilah aku.
Di dalam wahana,
tempat engkau mewarnai jiwaku,
siapakah aku?
apakah yg kusukai?
apakah yg kubenci?
Engkaulah yang Awal, dan kiranya, Engkau
akan menjadi yg Akhir;
jadikanlah simpulan ku lebih baik,
daripada awalku.
Ketika Engkau tersembunyi,
aku seorang yang kufur;
Ketika Engkau tampak,
aku seorang yang beriman.
Tak ada sesuatupun yang kumiliki,
kecuali yang Engkau anugerahkan;
Apakah yang Engkau cari,
dari hati dan wadahku?
Baca juga: 17 Yel-yel Hari Santri Nasional 2024 yg Penuh Semangat dan Praktis Dihafal |
10. Santri Sejati
Oleh: Ukhty Karozu
Ku Kuatkan tekad
Kubersihkan niat
Agar selamat dunia akhirat..
Kubuka kitabku
Kuayunkan penaku
Kudengarkan ustadku..
Kulantunkan kalam ilahi
Kurenungi syarat dan arti
Kugenggam erat sepenuh hati..
Ayah ibu.. Kuatkanlah diri
Relakan perpisahan sementara ini
Demi kehendak sejati..
Kelak Akan Aku buktikan
Kau Akan gembira memilikiku
Karna sudah mengirim jauh darimu
Untuk menjadi ladang pahalamu..
11.Santri Harus Bertekad di Jalannya
Oleh: Siti Nur Azizah
Aku gembira menjadi seorang santri
Aku senang dalam mencari ilmu dan mengaji
Jauh dari orang renta dan keluarga tidak menjadikanku sepi
Itu pun bagi masa depanku nanti
Jadi santri tidaklah susah bagi masa kini
Di mana santri mesti beraktivitas setiap hari
Dalam mencari ilmu yang pasti
Dan berijtihad di dalamnya dengan setulus hati
Aku gembira menjadi santri
Karna santri kehendak negeri
Menuntut ilmu terhadap ridha sang Ilahi
Dan punya pengetahuan yang tinggi
12. Ya Rasulullah
Oleh: Gus Mus
Ya Rasulallah
aku ingin seumpama santri berbaju putih
yang datang-tiba tiba menghadapmu
duduk menyentuhkan kedua lututnya pada lutut agungmu
dan menaruh telapak tangannya di atas paha-paha muliamu
dulu saya mulai bertanya
Ya Rasulallah
tentang islamku?
ya Rasulallah
mengenai imanku?
ya Rasulallah
tentang ihsanku?
Ya Rasulallah
mulut dan hatiku bersaksi
tiada tuhan selain Allah
dan engkau ya Rasulullah delegasi Allah
tetapi kusembah juga diriku Astaghfirullah
dan risalahmu hanya kubaca bagai sejarah
Ya Rasulallah
setiap sewaktu jasadku shalat
setiap kali tubuhku bersimpuh
diriku jua yang kuingat.
setiap sewaktu kubaca shalawat
setiap kali tak lupa kubaca salam
Assalamu’alaika Ayyuhan Nabiyyu Warahmatullahi Wabarakatuh
salam kepadamu wahai nabi juga rahmat dan berkat Allah
tapi tidak pernah kusadari apakah di hadapanku
kau menjawab salamku
bahkan apakah saya menyalamimu
Ya Rasulallah
ragaku berpuasa
dan jiwaku kulepas bagai kuda
ya Rasulallah
sekali-kali ku bayar zakat dengan niat
bisa jawaban kontan dan berlipat
ya Rasulallah
aku pernah naik haji
sambil memaksimalkan gengsi
ya Rasulallah, telah islamkah aku?
Ya Rasulallah
aku percaya Allah dan sifat-sifat-Nya
aku percaya malaikat
percaya kitab-kitab suci-Nya
percaya nabi-nabi utusan-Nya
aku percaya akhirat
yakin qadha-qadar-Nya
seperti yang kucatat
dan kuhafal dari ustad
tapi aku tidak tahu
seberapa besar itu menghipnotis lakuku
ya Rasulallah, telah imankah aku?
Ya Rasulallah
setiap kudengar panggilan
aku menghadap Allah
tetapi apakah Ia menjumpaiku
sedang wajah dan hatiku tak menentu
ya Rasulallah, dapatkah aku berihsan?
Ya Rasulallah
ku ingin memandang meskipun sekejap
wajahmu yg elok mengerlap
setelah sekian usang mataku cuma menangkap gelap.
Ya Rasulallah
kuingin mereguk senyummu yg segar
setelah dahaga di padang kehidupan hambar
hampir membuatku terkapar.
Ya Rasulallah
meski secercah, teteskan padaku
cahyamu
buat bekalku sekali lagi
menghampiri-Nya.
Baca juga: Hari Santri Tanggal Berapa? Berikut Jadwal dan Sejarah Penetapannya |
13. Pergi Mengaji
Oleh: Ibna Asnawi
Senja kemudian berhambur
di langit oranye nampak cahaya
saling berkejaran berebut ufuk
seperti sewaktu si kembar
duduk meminta rangkul
kepada ibunya
Di sore yang gembira itu
anak-anak berlari melintasi
lubang semut di hilir selokan
menuju langgar
setelah ibu-ibu mereka
menindih buah malas
hasil jerih payah
pertarungan seharian
dengan tanah, daunan,
dan ranting-ranting cokelat
di pinggir-pinggir sungai kering
dengan pandang sungguh teduh
Lubang semut itu pun
basah oleh hujan
di suatu siang
yang terik
14. Perjuangan Santri
Oleh: Ahmad Zaini
Alam bersaksi
Semangat usaha dikobarkan dari bilik santri
Hati terbuka kaki melangkah
Tangan mengepal mengangkat senjata
Mulut bertakbir demi kebenaran
Mengikis habis antek penjajah
Yang mencengkeram kedaulatan bangsa
Air mata, keringat, dan darah
Menetes di medan perang
Nyawa syuhada menjadi kekuatan
Memukul mundur penjajah
Hingga bangsa ini terbebas
Dari cengkeraman para prajurit asing
Alam bersaksi
Santri di garda depan
Bersama rakyat
merebut kemerdekaan
15. Pembela Agama dan Negara
Oleh: Alfarida
Santri kehendak bangsa
Penerus para ulama
Pembela agama
Pemersatu umat di nusantara
Hati yg begitu suci
Di dalam terdapat jiwa Qur’ani
Untuk senantiasa mengimani
Kepada Ilahi Robbi
Keinginan bagi berusaha
Setia semangat yg luar biasa
Demi menjadi santri yang berguna
Untuk menegakkan bangsa dan Negara
Di tengah malam yg begitu sunyi
Kau terbangun sendiri
Untuk mengerjakan sembahyang terhadap Allahu Rabbi
Agar memperoleh ridho kelat di simpulan nanti
Pengorbanan yang kamu berikan
Demi kehidupan di masa depan
Rela menahan suatu kerinduan
Yang ingin senantiasa berada di kampung halaman
Kau tidak pernah lelah
Dalam bermurojaah
Agar hidup menjadi sejarah
Kepada jalan yang cerah
Perjuanganmu begitu berat
Tetapi kamu lalui dengan semangat dan kuat
Agar menjadi santri yang bermanfaat
Wahai para santri!
Marilah kami berkarya
Dalam hal yg luar biasa
Untuk membangun Indonesia
Agar menjadi sejahtera
Santri bagaikan mentari
Dengan keimanan di dalam hati
Yang akan menyoroti negeri ini
Terpancar dalam sanubari
Dan keseriusan dalam menjaga NKRI
Wahai para santri!
Dengan rasa semangat yg membara.
Marilah kami bangun bersama
Meskipun jauh dari orang tua
Tapi buktikan kita bisa meraih cita-cita
Dan menjadi langsung insan yang mulia
Wahai santri
Kau laksana cahaya
Seperti di dalam lentera
Yang akan menyoroti semua Indonesia
Bahkan hingga ke penjuru dunia
Baca juga: Hari Santri Nasional 22 Oktober 2024 Libur atau Nir? Cek Infonya |
16. Bangga Menjadi Santri
Oleh: Ainur
Hari Santri
Terbentang tak akan terbuang
Karena jarak hanyalah pemisah dalam suatu ruang
Gemuruh kumandang dzat yang maha pengasih
Alam-Mu menjadi saksi dalam suatu pengabdian
Dulu kamis senantiasa terbara setiap kali hati ingin bertanya
Tentang siapa,, untuk siapa,,
Dan kemana Langkah kaki seorang fakir mengembara
Namun sekarang telah kami jumpai perihal arti jati diri
Bangga dengan khidmat dan takzim atas gelar seorang santri
Karena dedikasi inilah bentuk bakti
Kami kepadamu wahai murobbi ruhhi
Kau bangunkan jiwa-jiwa yang telah usang tertunduk
buat cinta pada negeri
Kau hidupkan kembali ruh ruh kami
Untuk menjadi insan handal nan mandiri
Dan sekali lagi dengan gembira kami teriakkan kembali
Wahai murobbi
Kami gembira menjadi santri
17. Santri Siaga Jiwa Raga
Oleh: Ozy V. Alandika
Jadilah santri yang siaga
Yaitu mereka yang bersiap berjihad di jalan-Nya
Santri yang peduli dengan keluarga
Santri yg mau membela negara
Jadilah santri yg siaga
Yang berjuangnya tidak setengah raya
Yang upayanya murni setulus jiwa
Enggan mengeluh, terlebih murung dalam duka
Santri siaga jiwa dan raga
Kuat dalam Islam, iman dan adab mulia
Berjuang bareng menuju taqwa
Peduli darul abadi tetapi tidak melalaikan dunia
Jadilah santri siaga jiwa raga
Doakan yg terbaik sepenuh hati setulus jiwa
Bukan cuma bagi diri, keluarga dan agama
Tapi juga buat Indonesia maju menuju jaya
18. Pukulan dari Langit
Oleh: Syaikh Jalaluddin Rumi
Ketika suatu pukulan dari Langit
menghantam dirimu,
bersiap-siaplah,
karena sesudah itu
akan kamu terima kado penghormatan.
Karena tak mungkin Sang Raja menamparmu,
tanpa memberimu suatu mahkota
dan suatu tahta untuk diduduki.
Seluruh alam-dunia cuma senilai
sebelah sayap kutu,
tapi satu tamparan sanggup memberimu
ganjaran tidak terperi.
Cepatlah lepaskan lehermu
dari rantai emas,
yaitu dunia ini,
dan terimalah tamparan dari Rabb.
Para nabi sudah menerima
pukulan seumpama itu di leher mereka,
karenanya, kepala mereka tegak.
Karenanya, wahai pencari,
siapkan dirimu,
terus sarat perhatian:
hadirkan dirimu,
agar Dia peroleh engkau di tempatmu.
Jika tidak,
Dia akan ambil kembali
hadiah penghormatan itu,
seraya berkata,
“tidak Ku-temukan seorangpun disini.”
19.Pondokku
Oleh: Raza
Suara rintik riuh rumput diterpa angin
Bukit-bukit indah yg tinggi menjulang
Mengelilingi pondokku ini
Senja yg indah mulai tenggelam
Diantara bukit-bukit yg indah menawan
Warna langit yg cerah nan indah
Mengelilingi langit pondokku
Tarik riuh bunyi ribuan santri mengaji
Sambil menanti azan maghrib
Hal ini membuatku rindu
Akan situasi pondok pesantren
Semoga aku berumur panjang
Untuk berguru di pesantren lagi
20. Pondok Pesantren Cintaku
Oleh: Wahyudinur
Dari rumah aku berencana ke pondok
Untuk mencari ilmu dan
menghilangkan kebodohan
di pondok…
Ku Meninggalkan orang tua
alat elektronik dan meninggalkan pacar kita
Di pondok…
kita mengaji kitab kuning
bukan novel bukan komik
yg tidak jarang kita baca di rumah
Kita bestel tiap bulan
dan kami di pondok….
harus rajin, semangat, tekun dan sabar dalam mengapitnya
Kita di rumah
makan ayam, burger, pizza, dan lain-lain namun di pondok….
Kita cuma makan
orek, tahu, oncom,tongkol, telur di pondok….
Kita mesti punya tata krama
dan akhlakul karimah
dan mesti saling kenal mengenal
Di pondok….
harus menghargai kyai,
orang yang lebih renta dari kami di pondok……
itu mesti belajar, sholat jama’ah
ngaji di kyai atau ustadz
di pondok…….
kita mesti mentaati tata tertib
Yang ada di pondok
kalau kita pulang,…..
wajib izin dahulu terhadap kyai
pengasuh atau ketua pondok
21. Santri
Oleh: D_Hope 127
Perjuangan yang panjang
Sayatan pedih yang terukir
Bahagia dan sedih berlalu
Bersama tawa artifisial dan tangis pilu
Rasa sakit yg membludak
Rasa rindu yang membuncah
Hayati bagai dalam penjara
Terkekang erat aturan
Meski banyak hal susah yg melelahkan
Meski berat pun tetap bertahan
Disinilah hebat nya usaha kami
Sebagai seorang SANTRI!
22. Obsesi Santri
Oleh: Aviscenna Maulana Ar-Rasyid
Menjadi santri masa kini…
Tidak hanya pintar mengaji….
Tapi aku ingin berguru teknologi
Dan ingin malang melintang di dunia ini…
Akupun ingin belajar
Dari para piawai teknologi
Dan saya pun ingin menjadi wakil bangsa Indonesia..
Untuk memperkenalkan bangsa ini….
Dan akupun ingin menenteng nama baik Islam pada segala dunia..
Dan akupun ingin mengembangkan bangsa ini lewat teknologi..
Dan akupun ingin berguru dari orang-orang penting dunia..
Agar bisa mengerjakan apa yang kuimpikan selaku santri yang mumpuni…
Baca juga: 35 Model Puisi Pendek Berbagai Tema Lengkap dengan Penjelasannya |
23. Oh Pondokku…
Oleh: Navic M.A.N.dan Rifqi A.K
Tempat ku belajar
Tempat naum kita
Dari kecil hingga dewasa
Agar menjadi pintar
Tiap pagi dan petang…..
Kami beramai-ramai sembahyang
Kita berguru dengan tenang dan tentram
Tuk menggapai kehendak yg mulia
Setiap kami kabur……
Niscaya mulai digundul
Menjalankan kiprah di pondok
Mengabdi pada Allah Ta’ala
Di dalam kalbu kita…….
Susah senang ku jalani
Di dalam pondok ini
Bersama kawan dekat sahabat ku
Terima kasih Bina Umat
Ohhh Bina Umat
Kau memang t’lah berjasa
Memberi kami segudang pengetahuan
Terima kasih Bina Umat
Kau lah pondok ku
24. Awan Kelabu
Oleh: Syifa Hamidatul Hikmah
Matahari Fajar
Matahari Senja
Kutak tau apa artinya
Kulewati dengan hampa
Berharap menjadi sesosok orang teguh
Tak menangis merana
Tapi apa daya
Tak sanggup terbendung lagi
Air mata yang deras mengalir
Bertetesan sesuatu demi satu
Mengalir tiada henti
Seakan menolak arah kehidupan
Aku tau ini mauku
Aku tau ini impiku
Aku sadari itu
Tapi bukan ini inginku
Kutak mau menangis
Kutak berimajinasi berpisah
Ku Tak ingin sendiri
Yang kuharap kebahagiaan
Kurasa memang tak patut ku menangis
Karena ini yang kupilih
Dan ini yang mesti kujalani
Jalan takdir kehidupan
25. Aku dan Hidayah
Oleh: Khansa Kurnia
Aku merupakan bunga yg layu ditinggal hujannya
Terus merapuh semangat pun luruh
Lalu Engkau menyiramiku dengan rintikan hidayah
Hingga bunga itu pun berkembang lagi dengan indah
Aku merupakan langit malam yg ditinggal purnamanya
Terus karam dalam kelam
Lalu Engkau menyinariku dengan cahaya sunnah
Hingga langit itu pun berhias cerah
Aku merupakan musafir yg kesasar di tengah gersangnya sahara
Penuh dahaga menanti hujan turun segera
Lalu Engkau menemukanku
Memberikan mata air cinta
Hingga jiwa ini kembali menapaki jalan pulangnya
26. Purnama di Separuh Bulan
Oleh: Ahmad Zaini
dari balik dampar santri mengaji
mengurai kata dan makna kitab kuning
ilmu diendapkan dan ditirakati
agar cahaya yang dipancarkan suci
setiap malam santri bermunajat
sebagai media legalisasi dosa dan khilaf
serta permohonan
mata terjaga
jemari memutar tasbih
mulut mengucap kalimat thayyibah
agar jiwanya kian akrab terhadap Allah
ketika santri berada di tengah masyarakat
santri tidak berdiam diri
mengamalkan ilmu
perjuangan membangun nilai-nilai ilahi
mengangkat martabat kemanusiaan
agar menjadi insan sejati
santri penghias kehidupan
laksana purnama
di separuh bulan
27. Puisi Hari Santri #3: Seutas Makna Santri
Oleh: Wahyu Hidayaul K.
Ketika ukiran tinta menyanggupi kertas putih
Dengan segenap tekad yang menjalar bersih
Semangat menuntut ilmu dicapai dengan gigih
Walau keringat bercucuran tidak kenal letih
Bagaikan bulan yg menyoroti bumi
Menyalurkan kehangatan di malam yang sunyi
Sebuah insan dengan adab kebijaksanaan pekerti
Mengerahkan jiwa raga bagi kesatuan NKRI
Suatu insan yg mempunyai makna sejati
Dengan iman, Islam, dan ihsan yang terpatri dalam hati
Sebuah nama yg terukir dalam sanubari
Dialah SANTRI, masa depan sanjungan negeri
Baca juga: Teks Lagu Hari Santri Lengkap dengan Notasi hingga Link Download Videonya |
Demikianlah 27 pola puisi yg sanggup dibacakan sewaktu Peringatan Hari Santri Nasional 2024. Semoga berguna, detikers!
Video: Bocah Perempuan yg Hanyut di Sungai Kalibone Pangkep Ditemukan Tewas
Video: Bocah Perempuan yg Hanyut di Sungai Kalibone Pangkep Ditemukan Tewas
hari santri nasionalpuisi santrinilai-nilai agamainspirasi santripuisi indonesiaperingatan hsnsantri dan nasionalismekarya sastrapendidikan islamsemangat perjuanganhari santri nasional 2024puisi hsn 2024